Kamis, 09 Juni 2011

amal jama'i

AMAL JAMA'I
Amal Jama'i(Oleh Syaikh dr. Abu Ashim Az-Zahrani)*Pengantar FOKUS Pada zaman kita ini banyak orang hebat dan berpotensi besar. Tapi kehebatan itu hilang seakan diterpa badai zaman. Banyak potensi yang tersimpan tapi tidak terhimpun bahkan berserakan di sana-sini. Persisiseperti daun-daun yang berhamburan, tidak menggayut di pohonnya.
Karena itu Din yang mulia ini memberikan sebuah alat yang bernama jama'ah, supaya kekuatan orang shaleh, orang hebat, orang berpotensi berpadu dengan kekuatan saudaranya yang sama shalihnya, sama hebatnya dan sama potensialnya. Potensi-potensi yang terpencar itu disatukan, individu yang punya kemiripan itu direkatkan dalam sebuah simpul bernama jama'ah, agar kehebatan dan potensi mereka memiliki daya gebrak yang hebat.
Jama'ah adalah sarana yang paling tepat untuk menyederhanakan perbedaan orang-perorang. Kehebatan dan kecerdasan individu tidak akan pernah mengalahkan kecerdasan dan kehebatan kolektif. Dari sini, diharapkan timbul kesadaran bahwa tidak ada orang yang dapat melakukan segalanya atau menjadi segalanya. Mereka yang hebat dan 'jago' harus berkumpul dan bekerjasama untuk sebuah cita-cita mulia. Dengan demikian, kehadiran sebuah jama'ah adalah sesuatau yang niscaya. Amal jama'i adalah amal yang dilakukan secara berjama'ah atau yang diatur dalam sebuah kelembagaan (Tanzhim).
Dan yang perlu pula diperhatikan hal-hal yang menyangkut masalah amal jama'i, ma'alin atau rambu-rambu dalam masalah amal jama'I karena hal ini merupakan satu topik yang sangat dibutuhkan oleh kita, dan semoga Allah membukakan kepada kita pintu-pintu rahmatNya dari perbendaharaan rahmat.
Amal jama'i adalah sesuatu yang sangat urgen untuk dipelajari dalam kehidupan kita karena banyak dalam Al-Qur'an maupun hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang menunjukkan keutamaan atau pentingnya amal jama'i tersebut. Demikian pula dengan kenyataan yang kita lihat di lapangan yang menunjukkan kepada kita tentang pentingnya melakukan amal jama'i, bahkan banyak diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang secara langsung menunjukan tentang pentingnya hal tersebut. Dalam masalah jama'i ini banyak kita dapatkan hal-hal yang dilontarkan oleh sebagian manusia yang tidak ridho dengan amal jama'i tersebut, dan jawabannya adalah Al Waqi' al musyahad yaitu dengan menyaksikan kenyataan yang kita lihat di Lapangan, jadi syubhat itu dapat dibantah dengan melihat realitas ummat yang kita lihat di lapangan akan urgensi dari amal jama'i tersebut.
Tujuan utama dari amal jama'i adalah agar kita lebih bersemangat untuk mengumpulkan atau menyimpulkan visi dalam rangka rsaudaraan dan saling tolong menolong antara yang satu dengan yang lain diantara kita ummat Islam. Oleh karena itu selama tujuan kita dalam amal jama'i seperti yang kita sebutkan tadi maka wajib bagi kita untuk mengamalkan/ merealisasikan masalah amal jama'i tersebut. menggiatkan at- Ta'awun (kerjasama), persaudaraan dan saling tolong menolong antara yang satu dengan yang lain diantara kita ummat Islam. oleh karena itu selama tujuan kita dalam amal jama'i seperti yang kita sebutkan tadi maka wajib bagi kita untuk mengamalkan/ merealisasikan masalah amal jama'i tersebut.
Jika kita ingin mengangkat agama yang mulia ini dan mengumpulkan umat ini maka kita harus melakukan amal jama’i tersebut dimana dalam Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, banyak terdapat dalil-dalil yang bersifat umum yang menunjukkan tentang urgensinya. Diantaranya firman Allah dalam Al-Qur'an: “Wahai orang-orang yang beriman”. Ini adalah merupakan panggilan syar'i (khitabusyar'I) dalam bentuk jamak, jadi Allah tidak memanggil orang perorang dari hamba-hambaNya tetapi Allah memanggil mereka yang beriman secara keseluruhan. Begitu pula dalam firman Allah yang lain: “Wa'tasimu bihablillahi jami'an walaa tafarraqu” Dan berpegang teguhlah kalian pada tali agama Allah dan janganlah kalian bercerai berai, Allah menyebutkan perintah ini dalam bentuk jamak dan dalam ayat yang lain, “Wata'aawanu ‘alal birri wattaqwa” dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan kepada Allah, juga dalam firman Allah, “Waltakun Minkum Ummatun yad'uuna ilal khair “ Dan hendaklah ada diantara kalian segolongan ummat yang menyeru kepada kebaikan. Disini kata Ummah datang dalam bentuk jamak sebagaimana firman Allah “Kuntum Khaira Ummah ukhrijat Linnasi ta'muruna bil ma'ruf watanhawuna anil munkar. Dalildalil yang disebutkan ini asalnya dari Al-Qur'anul Karim adalah merupakan panggilan yang bersifat jamak kepada hamba hambaNya dan dari sinilah kita dapat mengambil pelajaran bahwa dengan amal jama'i tersebut akan menyebabkan sebuah amalan itu mengalami perkembangan, karena sesungguhnya tolong menolong atau mengikat antara satu dengan yang lain, dan saling membantu adalah merupakan salah satu diantara karakteristik agama Islam dan tidak mungkin urusan ini diatur secara orang per-orang. Dibutuhkan ta'awun antara satu dengan yang lain oleh karenanya di sinilah pentingnya amal jama'i tersebut. Dan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Nu'man , Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam bersabda : “Perumpamaan orang mu'min yang satu dengan mu'min yang lain di dalam berkasih sayang dan saling mencintai karena Allah adalah seperti satu tubuh jika satu anggota dari bagian tubuh itu yang sakit, maka akan merasakan sakit anggota tubuh yang lain”.
Disini Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan perumpamaan mukmin yang satu dengan yang lain seperti satu tubuh, maka tidak mungkin jika hanya satu tangan disebut satu tubuh, atau kepala saja disebut satu tubuh, tapi yang disebut satu tubuh adalah ketika seluruh anggota tubuh itu berkumpul, dan dalam hadits ini menggambarkan keutamaan berkasih sayang antara mukmin yang satu dengan mukmin yang lain.

MAKRIFATU DAKWAH
Makrifatullah adalah sebuah mutiara sangat indah yang keindahannya tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata. Yang tersembunyi dalam samudra teramat luas yang bernama dunia, apabila kita hendak mengambil mutiara tersebut, kita memerlukan suatu kapal yang kokoh serta peralatan yang dapat menembus dalamnya samudera dunia, Kapal yang kita bangun untuk mencari Mutiara Makrifatullah harus kokoh tahan terhadap deburan ombak samudra dunia, Kapal itu ialah IMAN, serta kita membutuhkan ilmu2 tentang bagaimana dan keadaan laut itu melalui ISLAM Serta alat pemandu yang bernama QALBU dan AKAL serta QURAN dan HADITS apabila kita mempunyai semuanya itu belum tentu juga kita mendapatkan mutiara terindah itu, banyak diantara pengembara2 mutiara itu yang tersesat didalam penyelaman menuju mutiara tersebut, Hanya orang2 yang di KEHENDAKI oleh ALLAH sajalah yang dapat mencapai mutiara tersebut.
Ilmu makrifat sejati tidak bisa tergambarkan oleh apapun, itu adalah pengalaman personal, barangsiapa telah menemukannya, Alhamdulillah.. dan bagi yang belum dapat mengambil mutiara makrifat tersebut jangan langsung terjun kedalam lautan dunia serta nekad untuk mengambil mutiara makrifat ini, tanpa mendalami islam,ihsan, serta hakikat2 laennya.
Syariat tidak bisa hidup tanpa makrifat…
makrifat tidak bisa tercapai tanpa syariat… :
Syaikh Haji Ahmad Rifa’i memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud dengan makrifat yaitu ” Pemandenge ati tan kesamaran Ing Alloh dzat wajibul wujud tinemune, luweh sempurno ora ono kekurangane, dipandeng kelawan nurulloh peparingane kang diselehaken ing dalem telenge atine, dadi hasil waspodo ati tiningalan, ing barang opo penggawe saking pangeran qodrat, irodat, ilmu tan nono liyanikulah pemandenge w
Artinya, Pandangan hati kepada Alloh wajibul wujud yang Maha sempurna lagi tiada cela, Dipandang dengan Nurulloh, cahaya pemberian Allah yang diletakkan dalam mata hati, sehingga hati menjadi waspada dan penuh kesadaran bahwa apapun perbuatan yang dilakukan merupakan perbuatan Allah dan tiada lain merupakan qudrat, irodat serta IlmuNya yang maha sempurna, itulah yang dinamakan pandangan orang ahli makrifat.
Jadi yang dimaksud dengan makrifat menurut Syaikh Ahmad Rifa’i adalah selalu melihat fenomena yang terjadi dialam raya ini serta apa yang terjadi pada dirinya merupakan wujud dari qudrat, irodat dan ilmu dari Allah swt. Dengan demikian yang dimaksud dengan orang yang arifun billah adalah orang yang senantiasa melihat Allah melalui bukti-bukti akan kekuasaan Allah yang tergambar dengan sangat jelas dari lubuk hatinya.
Melihat Allah dengan mata kepala adalah hal yang tidak mungkin dilakukan di dunia ini, akan tetapi melihatnya dengan mata hati dapat dilakukan oleh mereka para pencariNya dengan jalan memperhatikan makhluk ciptaanNya yang senantiasa menunjukkan eksistensi kholiqnya, itulah sebenarnya makrifat.
Sudahkah kita bermakrifat ? Jika sudah bersyukurlah kepada Allah atas nikmat yang diberikanNya, namun jikalau belum, perhatikanlah apa yang ada pada diri kita. Wa fil ardhi aayaatul lil muuqiniiin, wa fi anfusikum afalaa tubshiruun. ( Dan di bumi ada ayat bagi orang-orang yang yakin, dan juga didalam diri kalian, apakah kalian tidak memperhatikannya ? )
ong makrifat ingaranan.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman