PENDAHULUAN
Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh masyarakat Indonesia. Budidaya lele berkembang pesat dikarenakan dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, teknologi budidaya relatif mudah dikuasai oleh masyarakat, pemasarannya relatif mudah, dan modal usaha yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya. Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumur (air permukaan atau sumur dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu.
Parameter kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai berikut:
1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32°C. Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
METODE BUDIDAYA LELE SANGKURIANG
Persiapan Kolam Tanah
Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air. Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi panjang dengan ukuran 100 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15 cm.
Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemupukan pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang bocor).
Untuk tempat berlindung ikan (benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan (bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah dengan dosis 30-300 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2, urea 15 gram/m2, SP3 10 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk. Kemudian dilakukan pengisian air kolam. Kolam dibiarkan selama ± 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan alami.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Penebaran benih
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasikan (perlakuan penyesuaian suhu) terlebih dahulu dengan cara memasukan air kolam sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih yang diapungkan di atas permukaan air¬kolam. Benih yang sudah teraklimatisasi, dengan sendirinya akan keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju kolam. Ukuran benih yang ditebar 5-8 cm dengan padat tebar 35-50 ekor per m2.
Penjarangan
Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan kolam tidak seimbang.
Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka. Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicumumculnya kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar). Dan suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
Cara penjarangan pada benih ikan lele :
o Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
o Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
o Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
Pemberian Pakan
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur nestum.
3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap hari.
5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama 4-5 bulan, dengan bobot antara 400-450 gram per ekor dengan panjang 20 – 30 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Masalah yang Dihadapi
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
- Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.
- Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.
- Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.
- Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
- Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK
- Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
- Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
- Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
ANALISA USAHA
1. Biaya Investasi
- Sewa lahan 1 tahun 100x100x1.5 m = Rp. 3.000.000,00
Jumlah investasi = Rp. 3.000.000,00
2. Biaya operasional
a. Biaya tetap
- Penyusutan investasi per tahun 10 % = Rp. 2.000.000,00
Jumlah = Rp. 2.000.000,00
b. Biaya variable
- Bibit 6-8 cm 5.000 @ Rp. 200,00 = Rp. 1.000.000,00
- Pakan 3000 kg @ Rp. 6.000 = Rp. 18.000.000,00
- Pupuk 100 kg @ Rp. 1.200 = Rp. 120.000,00
- Kapur 30 kg @ Rp. 1.500,00 = Rp. 45.000,00
- Upah pekerja 1 orang @ Rp. 100.000,00 =Rp. 500.000,00
Jumlah = Rp. 19.665.000,00
Total biaya operasional (a+b) = Rp. 21.665.000,00
3. Pendapatan
- Ikan lele sangkurian 4500 ekor SR 90 % @ 450 g/ ekor
- Harga jual Rp. 15.000,00/ kg
- Pendapataan persikklus (4-5 bulan)
90% x 4500 x 0.45 kg x 15.000,00 = Rp. 27.337.500,00
4. Keuntungan bersih
- Pendapaatan – total biaya operasional
= Rp. 27.337.500,00 - Rp. 21.665.000,00
= Rp. 5.672.500,00
- Pendapatan bersih perbulan Rp. 1.134.500 per kolam
5. Break Event Point (BEP)
= Biaya Investasi
1 – Biaya Operasional
Pendapatan
= Rp. 3.000.000,00
1 – Rp. 21.665.000,00
Rp. 27.337.500,00,
= Rp. 14.470.043,00
Artinya titik impas akan tercapai dengan hasil pendapatan Rp. 14.470.043,00 dimana pembudidaya tidak mendapat untung namun modal telah kembali.
6. Return of Investment (ROI)
= Keuntungan x 100 %
Biaya Operasional
= Rp. 5.672.500,00 x 100 %
Rp. 21.665.000,00
= 0.26 atau 26 %
Artinya dengan modal Rp. 100,- akan menghasilkan keuntungan Rp. 26,00
7. Benefit Cost Ratio (BCR)
= Pendapatan
Biaya Operasional
= Rp. 27.337.500,00
Rp. 21.665.000,00
= 1,26 > 1
Nilai BCR lebih dari 1 berarti usaha ini layak untuk dilakukan, jadi semakin besar nilai BCR maka keuntungan yang diperoleh akan semakin besar.
8. Payback periode
= Biaya Operasional
Keuntungan
= Rp. 21.665.000,00
Rp. 5.672.500,00
= 3.8
Artinya masa pengembalian modal akan tercapai setelah 3.8 kali siklus produksi atau sekitar 1 tahun 7 bulan.