Senin, 31 Oktober 2011

TINGKAH LAKU IKAN

Tingkah laku ikan adalah adaptasi tubuh ikan terhadap pengaruh lingkungan internal dan eksternal. Yang termasuk pengaruh lingkungan eksternal adalah oksigen, cahaya, salinitas dan faktor linkungan lainnya. Yang termasuk faktor internal adalah kematangan goand, pertumbuhan.
Apa pentingnya pengetahuan tingkah laku ikan dalam bidang penangkapan ikan, berikut dijelaskan beberapa manfaat mengetahui tingkah lalu ikan dibidang penangkapa ikan antara lain:
a.Meningkatkan efisiensi alat tangkap
Sebagai gambaran dapat dikemukakan bahwa setiap jenis ikan mempunyai swimming depth (kedalaman renang) yang berbeda-beda. Ikan tembang berbeda swimming depth dengan ikan tongkol. ikan tembang berenang lebih dekat di permukaan air, sedangkan ikan tongkol berenang lebih dalam. Kedua jenis ikan ini dapat di tangkap dengan menggunakan jaring. Supaya efisisensi alat tangkap jaring yang digunakan untuk menangkap kedua ikan tersebut, maka un tuk menangkap ikan tembang tidak dibutuhkan lebar jaring yang lebih dalam ketimbang jaring yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol.
b.Membantu dalam managemen perikanan
Dengan mengetahui kapan suatu jenis ikan melakukan pemijahan, kapan ikan tersebut telah dewasa maka pengturan penangkapan ikan brkelanjutan dengan mudah dapat dilakuan. Dalam managemen penangapan ikan, suatu daerah penangkapan (fishing ground) dapat dilakukan penutupan jika daerah tersebut merupakan tempat pemijahan (spawnng ground), kapan ikan tersebut melakukan pemijahan harus diketahui dengan mengetahui tingkah laku iakn tersebut.
c.Menciptakan alat penangkapan ikan yang sesuai
Menangkap ikan dapat dilakukan dengan memakasa agar ikan tersebut masuk pada suatu alat tangkap yang digunakan, namun dapat pula dilakukan dengan menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya. Ikan-ikan yang senang masuk ke lubang misalnya akan lebih efektif jika ditangkap dengan menggunakan jaring. Dengan demikian model bubu atau perangkap yang dibuat akan disesuaikan dengan tingkah laku ikan tersebut. Sebagai conth dapat dikemukakan bahwa iakn kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang hidup di daerah terumbu karang dan masuk ke selah-selah karang untuk mencari mangsa. Dengan demikian alat tangkap bubu yang diberi umpan akan menjadi efektif untuk menangkap ikan kerapu.
d.Mengefisiensikan tenaga manusia
Dengan mengetahui tingkah laku ikan, kita akan tahu berapa jumlh tenaga manusia yang dapat digunakan agar aktifitas usaha pnangkapan lebih efisien. Beberapa jenis ikan dalam melakukan pengelompokan jumlah sedikit nemun ada pua berkelompok dalam jumlah yang sangat besar. Gerombolan ikan yang besar tentu membutuhkan tenaga manusia yang lebih banyak dalam penanganannya di atas kapal.
e.Memudahkan dalam penangkapan ikan
Mengetahui tingkah laku suatu jenis ikan sangat membantu nelayan dalam memudahkan penangkapan ikan. Sebagai contohdapat dikemukakan bahwa jenis-jenis ikan yag tertarik oleh cahaya dilakukan penangkapan dengan menyalakan lampu pada malam hari di laut atau di perairan lainnya, ikan-ikan tersebut datang disekitar lampu lalu dilakukan penangkapan. Pengetahuan ini memudahkan pada nelayan untuk menggunakan bebagai jenis dan warna lampu yang dapa menarik ikan dalam jumlah yang lebih besar.
f.Membantu dalam pengembangan penangkapan ikan yang ramah lingkungan.
Akhir-akhir ini pengembangan penangkapan ikan selalu di tuntut agar menjag adan memelihara kelestarian sumberdaya ikan yang ada di perairan. Mengetahui tingkah laku ikan, misalnya kapan memijahnya, dimana tempat pemijahannya, berapa potensi reproduksinya, pada ukuran berapa pertama kali matang gonad dan lain-lain merupakan pengathuan yang harus diketahui dalam penangkapan ikan ramah lingkungan. Dalam hubungan ini dikenal ikan layak tangkap dan dan belum layak tangkap. Ikan yang layak tangkap adalah ikan-ikan yang sudah pernah melakukan pemijahan minimal sekali dalam hidupnya baru di tangkap. Hal ini dimaksudkan agar kelesatarian sumberdaya ikan lebih terjamin

Minggu, 30 Oktober 2011

BOBBIN PADA ALAT TANGKAP TRAWL

Bobbin adalah alat bantu penangkapan pada trawl utamany digunakan pada trawl dasar yang berfungsi untuk memudahkan penarikan jaring, dan agar jaring tidak bersentuhan langsung dengan dasar perairan yang dapat merusak jaring, bobbin dapat pula berfungsi sebagai pemberat yang juga membantu pembukaan mulut jaring. Bobbin di pasang pada bagian mulut jaring bagian bawah.
Bahan bobbin dapat terbuat dari besi yang bentuknya bulat, maupun kayu yang bentuknya hanya seperti papan.
Tapi dampak dari penggunaan bobbin ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan perairan yakni dapat mengkibatkan adanya parit-parit di dasar perairan, Akibat penggunaan pemberat besi, baja dan papan yang mengkeruk yang rata-rata menyapu bersih tiap trawl beroperasi juga. Merusak dan menghabat pertumbuhan biota laut seperti anak-anak ikan dan biota laut lainnya dikarenakan penangkapan biota laut yang bukan menjadi target (baycatch), seringkali ikan, udang yang sudah mati ditangkap dan dibuang kembali kelaut.

SISTEM INFORMASI "SISTEM dan SUBSISTEM"

Sebuah sistem adalah himpunan dari bagian-bagian yang saling berhubungan yang secara bersama mencapai tujuan-tujuan yang sama. Sebuah sistem harus mempunyai organisasi, hubungan, integrasi dan tujuan-tujuan yang sama. Setiap bagian dari sistem disebut subsistem. Selanjutnya sebuah subsistem dapat dibagi ke dalam bagian yang disebut subsistem-subsistem.
Tujuan-tujuan dasar dari sebuah sistem tergantung pada tipe sistem tersebut, misalnya natural, bilogis, atau buatan manusia?. Tujuan-tujuan dari sebuah sistem buatan manusia perlu didiskusikan. Organisasi-organisasi bisnis biasanya mempunyai tujuan-tujuan yang lebih langsung dan jelas. Sebagai contoh, sebuah organisasi mungkin bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pelayanan, atau meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya organisasi. Maka, dari itu untuk membuat Sistem Informasi Bisnisharus diketahui tujuan-tujuan organisasi untuk memahami bisnis tersebut sebagai sebuah sistem dan memahami aksi-aksi dan interaksi-interaksi antara komponen-komponen atau subsistem-subsistem dalam bisnis tersebut
Karakteristik Sistim meliputi :
a. Komponen Sistim (Components)
b. Batasan Sistim (Boundary)
c. Lingkungan luar Sistim (Environment)
d. Penghubung Sistim (Interface)
e. Masukan Sistim (Input)
f. Keluaran Sistim (Output)
g. Pengolah Sistim (Process)
h. Sasaran Sistim (Objective)

Manfaat Pendekatan Sistim
“Mengetahui, memahami, dan mengelola proses yang saling terkait sebagai sistim memberi sumbangan pada keefektifan dan efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya”
•Integrasi, penyelarasan proses-proses yang memberikan hasil terbaik,
•Upaya yang terarah,
•Efisien,
•Konsisten dan efektifitas
Beberapa defenisi sistem yang dikutip dari beberapa pakar :
1.Moscove
Suatu sistem adalah suatu entity ( kesatuan ) yang terdiri dari bagian¬bagian yang saling berhubungan ( disebut sub sistem ) yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu.
2.Murdick
Suatu sistem adalah suatu kumpulan elemen-elemen yang dijadikan satu tujuan umum.
3.Cole/Neusehel
Sistem adalah suatu kerangka dari prosedur-prosedur yang berhubungan yang disusun sesuai dengan suatu skema yang menyeluruh ( terintegrasi ) untuk melaksanakan suatu kegiatan atau fungsi utama dari perusahaan.
Sistem informasi manajemen (SIM) adalah sebuah perpaduan antara manusia dan mesin (integrated) untuk menyajikan informasi untuk mendukung fungsi operasi, managemen dan pengambilan keputusan suatui organisasi
karakter Sistem Informasi
1.Sistem informasi memiliki komponen berupa subsistem yang merupakan elemen elemen yang lebih kecil yang membentuk sistem informasi tersebut misalnya bagian input, proses, output
contoh bagian input adalah salesman memasukkan data penjualan bulan ini. maka di sana terdapat manusia yang melakukan pekerjaan input, dengan menggunakan hardware keyboard, dan menggunakan interface sebuah aplikasi laporan penjualan yang sudah di sediakan oleh sistem informasi tersebut.
2.Ruang lingkup sistem informasi yaitu ruang lingkup yang ditentukan dari awal pembuatan yang merupakan garis batas lingkup kerja sistem tersebut, sehingga sistem informasi tersebut tidak bersinggungan dengan sistem informasi lainnya.
3.Tujuan sistem informasi adalah hal pokok yang harus ditentukan dan dicapai dengan menggunakan sistem informasi tersebut, sebuah sistem informasi berhasil apabila dapat mencapai tujuan tersebut.
4.Lingkungan sistem informasi yaitu sesuatu yang berada diluar ruang lingkup sistem informasi yang dapat mempengaruhi sistem informasi, hal ini turut dipertimbangkan pada saat perencanaan sistem informasi.
Informasi adalah data yang telah diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai arti bagi sipenerima dan mempunyai nilai nyata dan terasa bagi keputusan saat itu atau keputusan mendatang (GORDON.B.DAVIS)
FUNGSI INFORMASI : menambah pengetahuan atau mengurangi ketidakpastian pemakai informasi,
Jenis-jenis informasi à diklasifikasi kan berdasar :
1) Informasi berdasarkan persyaratan :
a. informasi tepat waktu
b. informasi yang relevan
c. informasi yang bernilai
d. informasi yang dapat dipercaya
2) Informasi berdasarkan dimensi waktu :
a. informasi masa lalu
b. informasi masa kini
3) Informasi berdasarkan sasaran :
a. informasi induvidual
b. informasi komunitas
Nilai Informasi didasarkan atas 10 sifat sbb :
•mudah diperoleh
•luas dan lengkap
•ketelitian
•kecocokan
•ketepatan waktu
•kejelasan
•keluwesan
•dapat dibuktikan
•tidak ada prasangka
•dapat diukur

Data adalah bahan mentah yang diproses untuk menyajikan informasi !!!
Data dapat berfungsi sebagai
•Pengetahuan (knowledge)
•Perkiraan (estimation)
•Pertimbangan (judgement)
•Keputusan (decision)
Data yang bernilai harus memenuhi ketentuan sbb :
1)Ketelitian data (precision) à kecilnya perbedaan, apabila observasi yang menghasilkan data itu diulangi,
2)Komparabilitas data (comparability) à data standar,
3)Validitas data (validity) à suatu data dapat saja mempunyai kualitas yang baik, tetapi belum tentu valid atau berguna tidak menunjang tercapainya tujuan sipemakai

Mengenal Ekosistem Terumbu Karang

Terumbu karang merupakan ekosistem yang amat peka dan sensitif sekali. Jangankan dirusak, diambil sebuah saja, maka rusaklah keutuhannya. Ini dikarenakan kehidupan di terumbu karang di dasari oleh hubungan saling tergantung antara ribuan makhluk. Rantai makanan adalah salah satu dari bentuk hubungan tersebut. Tidak cuma itu proses terciptanya pun tidak mudah. Terumbu karang membutuhkan waktu berjuta tahun hingga dapat tercipta secara utuh dan indah.
Sebagai ekosistem terumbu karang sangat kompleks dan produkstif dan keanekaraman jenis biota yang amat tinggi. Variasi bentuk pertumbuhannya di Indonesia sangat kompleks dan luas sehingga bisa ditumbuhi oleh jenis biota lain.
Indonesia yang terletak di sepanjang garis khatulistiwa, mempunyai terumbu karang terluas di dunia yang tersebar mulai dari Sabang- Aceh sampai ke Irian Jaya. Dengan jumlah penduduk lebih dari 212 juta jiwa, 60 % penduduk Indonesia tinggal di daerah pesisir, maka terumbu karang merupakan tumpuan sumber penghidupan utama.
Disamping sebagai sumber perikanan, terumbu karang memberikan penghasilan antara lain bagi dunia industri ikan hias, terumbu karang juga merupakan sumber devisa bagi negara, termasuk usaha pariwisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dan para pengusaha pariwisata bahari.
Habitat
Terumbu karang pada umumnya hidup di pinggir pantai atau daerah yang masih terkena cahaya matahari kurang lebih 50 m di bawah permukaan laut. Beberapa tipe terumbu karang dapat hidup jauh di dalam laut dan tidak memerlukan cahaya, namun terumbu karang tersebut tidak bersimbiosis dengan zooxanhellae dan tidak membentuk karang.
Ekosistem terumbu karang sebagian besar terdapat di perairan tropis, sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi, Eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine). Demikian halnya dengan perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis di tahun 1998 telah menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 °C di atas suhu normal.
Ekosistem terumbu karang ini umumnya terdapat pada perairan yang relatif dangkal dan jernih serta suhunya hangat ( lebih dari 22 derjat celcius) dan memiliki kadar karbonat yang tinggi. Binatang karang hidup dengan baik pada perairan tropis dan sub tropis serta jernih karena cahaya matahari harus dapat menembus hingga dasar perairan. Sinar matahari diperlukan untuk proses fotosintesis, sedangkan kadar kapur yang tinggi diperlukan untuk membentuk kerangka hewan penyusun karang dan biota lainnya.
Fungsi Dan Nilai Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan gudang persediaan makanan dan bahan obat-obatan bagi manusia di masa kini maupun di masa mendatang. Selain itu keindahannya juga menjadi daya tarik yang bisa menjadi sumber devisa bagi negara melalui kegiatan pariwisata. Wisata bahari Indonesia tengah berkembang pesat dan ekosistem terumbu karang merupakan salah aset utamanya.
Ekosistem terumbu karang adalah tempat tinggal bagi ribuan binatang dan tumbuhan yang banyak diantaranya memiliki nilai ekonomi tinggi. Berbagai jenis binatang mencari makan dan berlindung di ekosistem ini. Berjuta penduduk Indonesia bergantung sepenuhnya pada ekosistem terumbu karang sebagai sumber pencaharian. Jumlah produksi ikan, kerang dan kepiting dari ekosistem terumbu karang secara lestari di seluruh dunia dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12% dari jumlah tangkapan perikanan dunia. Sumber perikanan yang ditopang oleh ekosistem terumbu karang memiliki arti penting bagi masyarakat setempat yang pada umumnya masih memakai alat tangkap tradisional.
Terumbu karang merupakan sumber perikanan yang tinggi. Dari 132 jenis ikan yang bernilai ekonomi di Indonesia, 32 jenis diantaranya hidup di terumbu karang, berbagai jenis ikan karang menjadi komoditi ekspor. Terumbu karang yang sehat menghasilkan 3 - 10 ton ikan per kilometer persegi pertahun
Selain nilai ekonominya, ekosistem terumbu karang juga merupakan laboratorium alam yang sangat unik untuk berbagai kegiatan penelitian yang dapat mengungkapkan penemuan yang berguna bagi kehidupan manusia. Beberapa jenis spongs, misalnya, merupakan binatang yang antara lain terdapat di ekosistem terumbu karang yang berpotensi mengandung bahan bioakif yang dapat dijadikan bahan obat-obatan antara lain untuk penyembuhan penyakit kanker. Selain itu binatang karang tertentu yang mengandung kalsium karbonat telah dipergunakan untuk pengobatan tulang rapuh. Fungsi lain dari ekosistem terumbu karang yang hidup di dekat pantai ialah memberikan perlindungan bagi berbagai properti yang ada di kawasan pesisir dari ancaman pengikisan oleh ombak dan arus.
Dari segi fisik terumbu karang berfungsi sebagai pelindung pantai dari erosi dan abrasi, struktur karang yang keras dapat menahan gelombang dan arus sehingga mengurangi abrasi pantai dan mencegah rusaknya ekosistim pantai lain seperti padang lamun dan mangrove.
Kerusakan terumbu karang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai potensi terumbu karang terbesar di dunia. Luas terumbu karang di Indonesia diperkirakan mencapai sekitar 60.000 km2. Hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara pengekspor terumbu karang pertama di dunia. Dewasa ini, kerusakan terumbu karang, terutama di Indonesia meningkat secara pesat. Terumbu karang yang masih berkondisi baik hanya sekitar 6,2%. Kerusakan ini menyebabkan meluasnya tekanan pada ekosistem terumbu karang alami.
Apa yang telah dilakukan manusia terhadap ekosistem terumbu karang?
•menggunakan alat-alat tangkapan yang merusak seperti bom, dan potas sehingga terjadi:
1.tangkapan yang berlebihan,
2.terumbu karang hancur dan mati,
3. ikan-ikan kecil yang tidak menjadi sasaran tangkapan ikut mati, menjadi terbuang sia-sia.
• membangun terlalu dekat dengan garis pantai, dan menguruk pantai menjadi lahan untuk pembangunan sehingga terjadi pelumpuran,
• mencari terumbu karang dengan sampah, tumpahan minyak, buangan industri dan sisa-sisa pestisida dan insektisida untuk pertanian,
• melempar jangkar dan berjalan-jalan di atas terumbu karang,
• penebangan hutan dan pohon-pohon di sepanjang aliran sungai yang menyebabkan pelumpuran,
• pengambilan karang berlebihan untuk diperdagangkan,
• penambangan karang berlebihan untuk pembuatan kapur, bahan bangunan dan fondasi jalan.
• membawa pulang ataupun menyentuh terumbu karang saat menyelam, satu sentuhan saja dapat membunuh terumbu karang
• pengunaan pupuk dan pestisida buatan, seberapapun jauh letak pertanian tersebut dari laut residu kimia dari pupuk dan pestisida buatan pada akhinya akan terbuang ke laut juga.

KARAKTERISTIK DAERAH PENANGKAPAN IKAN

KARAKTERISTIK DAERAH PENANGKAPAN IKAN
Dalam usaha penangkapan ikan, mengenal daerah penangkapan merupakan hal yang mutlak. Mengoperasikan alat tangkap di suatu daerah penangkapan tanpa mengetahui sifat dan keadaan perairannya akan merupakan suatu usaha yang sia-sia, dengan resiko tidak mendapatkan ikan atau jaring akan tersangkut pada batu atau karang.
Daerah penangkapan ikan (Fishing ground) adalah suatu wilayah perairan dimana terjadi interaksi antara sumberdaya ikan yang menjadi target penangkapan dengan teknologi penangkapan untuk menangkap ikan tersebut. Perairan dimana terdapat banyak ikan bergerombol dan memungkinkan untuk dapat ditangkap dengan alat tangkap tertentu dinamakan daerah penangkapan potensial (2009.Musbir, dkk).
Kondisi suatu perairan untuk menjadi suatu daerah penangkapan ikan adalah sebagai berikut:
a) Wilayah perairan tersebut harus memiliki suatu kondisi yang menyebabkan ikan-ikan mudah berkumpul secara bergerombol, dimana perairan tersebut merupakan habitat yang baik untuk iksn.
b) Wilayah perairan tersebut merupakan suatu daerah yang aman untuk pengoperasian suatu alat penangkapan ikan.
c) Wilayah perairan tersebut merupakan suatu daerah penangkapan yang menguntungkan

A. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Berdasarkan Alat Penangkapan Ikan
Meskipun beberapa spesies ikan selalu ada dan berkumpul di suatu perairan tertentu namun jika daerah tersebut sangat sukar dioperasikan dengan alat penangkapan ataupun jika usaha perikanan di daerah tersebut tidak dapat menutup ongkos-ongkos pengeluaran disebabkan sumber perikanannya hanya sedikit, maka daerah tersebut dapat dikatakan bukan perairan yang bagus untuk tujuan penangkapan.
Menurut alat penangkapan ikan yang dioperasikan, daerah penangkapn dapat dibedakan atas 6 bagian antara lain :


1. Fixed Trap Net Fishing Ground
Fishing ground pantai dengan kedalaman beberapa meter sampai maksimal 80 m. Fixed net ditempatkan di daerah ruaya ikan dan ikan akan terjebak di jarring
2. Lift Net Fishing Ground
Lift net atau bagan merupakan salah satu jaring angkat yang dioperasikan di perairan pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor penarik ikan. Konstruksi dasar perairannya harus berupa pasir atau lumpur karena sebagai penancap tiang pancang dari bagan tersebut. Kedalaman perairan itu sendiri berkisar antara 8 hingga 15 meter dari permukaan laut dengan arus lemah, Ikan dapat ditarik ke jaring karena faktor umpan atau cahaya.
3. Purse Seine Fishing Ground
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Purse seine dapat digunakan pada fishing ground dengan kondisi yang jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air dan kondisi laut dalam keadaan bagus dan tenang. Kedalaman perairan yang dapat di operasiakan alat purse seine yaitu 15m-50m dari permukaan laut tergantung besarnya alat tangkap tersebut.
4. Trawl Net Fishing Ground
Didalam alat tangkap trawl yang memiliki syarat-syarat fishing ground, antara lain sebagai berikut:
a) Dasar fishing ground terdiri dari pasir, Lumpur ataupun campuran pasir dan Lumpur.
b) Kecepatan arus pada mid water tidak besar ( dibawah 3 knot ) juga kecepatan arus pasang tidak seberapa besar
c) Kondisi cuaca,laut, ( arus, topan, gelombang, dan lain-lain ) memungkinkan keamanan operasi
d) Perubahan milieu oceanografi terhadap mahluk dasar laut relatif kecil dengan perkataan lain kontinuitas recources dijamin untuk diusahakan terus-menerus
e) Perairan mempunyai daya prokdutifitas yang besar serta recources yang melimpah. (http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/alat-tangkap-trawl/)

5. Gill Net Fishing Ground
Fishing ground ini tergantung dari tipe jaring dan kedalaman perairan
• Surface gill net untuk menangkap ikan pelagic
• Drift gill net untuk menangkap ikan pelagic
• Bottom gill net untuk menangkap ikan demersal
• Surounding / Encircling gill net untuk menangkap ikan pelagic
• Gill net dioperasikan pada perairan dengan arus yang tidak kuat
Ikan akan terjebak, yaitu terjerat atau terpuntal Sangat efisien bila dioperasikan pada malam hari.
Pada umumnya yang menjadi fishing ground atau daerah penangkapan adalah daerah pantai, teluk, dan muara-muara yang mengakibatkan pula jenis ikan yang tertangkap berbagai jenis. (http://fiqrin.wordpress.com/artikel-tentang-ikan/gillnet/)
6. Angling Fishing Ground
Menurut Hetharuca diacu dalam handriana 2007, daerah penangkapan ikan dengan menggunakan pancing merupakan daerah dimana oprasi penangkapan ikan berlangsung yang diduga tempat ikan-ikan bergerombol, biasanya daerah yang menjadi sasaran tangkapan adalah daearh dimana terdapat ikan tuna yaitu pertemuan antara 2 arus yang terjadi, tempat terjadinya Upwelling, konvergensi, dan divergensi yang merupakan daearh berkumpulnya plankton, perairan yang memiliki salinitas 34%, temperatur optimum berkisar anatar 150C-300C pancing tonda juga di operasikan di daerah tempat ikan-ikan pelagis. Pancing tonda dioprasikan dibeberapa daerah seperti india, pelabuhan ratu, teluk lampung, banda aceh dan lain-lain.
Jenisnya sangat bervariasi tergantung dari sasaran penangkapan Fishing ground dekat terumbu karang, kedalaman cukup, arus tidak kuat.
B. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Berdasarkan Sumber Daya Ikan
Tingkah Laku Ikan dan Kondisi dari Daerah penangkapan Ikan Tidak dapat dikatakan bahwa ikan hidup dimana saja di seluruh lautan. Menurut spesiesnya, ikan didistribusikan secara horizontal atau vertikal di pada daerah batasan tertentu. Daerah penangkapan ikan juga berbeda menurut garis lintang dan garis bujur seperti kedalaman air di mana ikan berada.
Alasan utama kenapa spesies ikan tertentu berkumpul di daerah tertentu diperkirakan jadi seperti berikut :
a) Ikan memilih kehidupan lingkungan yang sesuai untuk spesiesnya.
b) Mereka memburu sumber makanan yang berlimpah.
c) Mereka mencari tempat yang sesuai untuk memijah dan berkembang biak.
Klasifikasi fishing ground berdasarkan spesies ikan
• Tuna dan skipjack fishing ground
Penyebaran ikan-ikan tuna di kawasan barat Indonesia terutama terdapat di Samudera Hindia. Di perairan ini terjadi percampuran antara perikana tuna lapisan dalam yang dieksploitasi dengan alat rawai tuna dengan perikana tuna permukaan yang dieksploitasi menggunakan alat tangkap pukat cincin, gillnet, tonda, dan payang
• Salmon fishing ground
Salmon kembali ke perairan air tawar yang deras untuk berkembang biak. Metode navigasi yang dilakukannya kemungkinan dilakukan dengan indra penciuman ikan tersebut. Setengah dari salmon dewasa akan mati dalam beberapa hari hingga minggu setelah berkembang biak.Jarak yang harus ditempuh salmon untuk mencapai tujuannya kerap sejauh 1.500 kilometer (930 mil), yang berarti menuntut perjalanan selama berbulan-bulan
Migrasi yang untuk mencari makanan disebut food-seeking ground (pencarian daerah makanan). Kemudian migrasi untuk memijah disebut spawning migration dan area perairan dimana mereka memijah disebut spawning ground (daerah bertelur /memijah). Selama mereka bermigrasi dan dalam pencarian makanan dan daerah memijah, ikan tersebut bergerombol bersama dalam kelompok yang padat. Tempat tersebut yang penuh sesak dengan ikan secara alamiah menjadi daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan. Peristiwa dari gerombolan ikan haring di awal musim semi adalah satu contoh yang bagus dari migrasi ikan untuk mencari tempat memijah.
Di samping jenis ikan tersebut diatas di mana terjadi migrasi yang besar, ada spesies ikan lainnya di mana telah tertentu pada suatu daerah terbatas di lautan. Radius pergerakan mereka terbatas. Jenis utama dari pergerakan mereka adalah secara vertikal, yang dimana, mereka berpindah antara dasar dan permukaan air pada siang hari atau malam hari. Ada juga beberapa spesies yang berpindah antara perairan pantai yang dangkal dan perairan lepas pantai yang dalam sepanjang musim. Jenis pergerakan ini disebut secara horizontal atau perpindahan kedalaman. Ikan yan tinggal menetap terus-menerus juga menjadikan daerah penangkapan ikan yang bagus untuk nelayan.
Kebanyakan gugus laut berada lebih dangkal dibandingkan 400 meter pada kedalaman. Asal usul gugus laut dibagi menjadi dua: vulkanik dan tektonik. Berbicara secara umum, bentuk dari kehidupan pada gugus laut adalah lebih berlimpah dan bervariasi daripada di continental shelf. Banyaknya perpindahan dan ikan demersal yang ditemukan di gugus laut membuatnya jadi suatu daerah penangkapan ikan yang bagus. Pengetahuan tentang oseanografi seperti itu akan bermanfaat ke arah peningkatan produksi perikanan.
C. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Hubungannya dengan Habitat Ikan
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai Pada keadaan normal, pesisir pantai memiliki banyak daerah penangkapan ikan yang bagus. Produksi perikanan dari daerah ini dengan baik meningkat dari tahun ke tahun. Daerah penangkapan ikan di perairan pantai termasuk meliputi usaha rumput laut, ikan dan kerang-kerangan dan untuk jenis yang khusus bergerak seperti ikan haring, ikan salmon, ikan ekor kuning, ikan tuna dan ikan laut air tawar yang mendekati daerah pantai untuk mencari makanan atau untuk memijah.
Daerah penangkapan ikan di perairan pantai ini mungkin dibagi lagi ke dalam trap-net (jaring perangkap) fishing ground, small trawling (pukat tarik yang kecil) fishing ground, driving in net fishing ground, beach seine (pukat pantai) fishing ground, hand purse seine (purse seine tangan) fishing ground, surrounding net (jaring lingkar) fishing ground, pole and line fishing ground, dan lain sebagainya.
Untuk tujuan konservasi sumberdaya perikanan di pesisir perairan pantai dan menjaga mutu dari daerah penangkapan ikan, ukuran harus diambil di sepanjang garis pembangunan pada pembatas di laut, penangkaran buatan dan melepaskan anak ikan lalu menjaganya. Ini juga sangat penting untuk pemeliharaan dan pembangunan dari nilai mutu dari daerah penangkapan ikan, untuk menghasilkan pemahaman dan kerja sama dari nelayan untuk konservasi sumberdaya perikanan sama halnya sesuai pengambilan keputusan dan manajemen dari administrasi perikanan
Daerah penangkapan ikan pelagis
Salah satu contoh ikan pelagis di Lautan Pasifik adalah ikan skipjack. Daerah penangkapan untuk ikan skipjack utamanya berlokasi pada lapisan subtropis yang konvergen yang dibentuk oleh pertemuan aliran arus hangat dan arus dingin. Spesies ikan lainnya yang bermigrasi, di kedua jenis arus hangat dan dingin, seperti ikan tuna dan ikan salmon, secara musiman naik menuju utara atau turun ke selatan untuk mencari makanan di dalam pusaran air atau arus rip yang dibentuk oleh pertemuan dua aliran arus.
Lebih lanjut, bentuk topografi yang rumit pada pantai dan perairan sampai kedalaman 200 meter di mana arus dasar laut naik keatas dan bercampur dengan massa air hangat pada bagian atas, menghasilkan plankton dalam jumlah yang sangat besar yang dimana mengundang ikan untuk bermigrasi dan menetap di sana. Area migrasi ikan skipjack, tuna dan salmon di Pasifik adalah sangat luas dan hampir tak terhingga dari bagian atas garis katulistiwa hingga ke perairan daerah utara.
Tapi hal itu harus diperhatikan bahwa daerah penangkapan ikan yang sesuai untuk spesies ikan pelagis adalah hampir terbatas pada daerah arus rip di perairan tersebut.
Daerah penangkapan ikan demersal
Pada continental shelf (paparan benua) di mana umumnya terdapat pada kedalaman 200 m adalah sangat sesuai untuk ikan demersal atau yang hidup di dekat dasar laut. Kolom perairan yang kedalamnya lebih dari 400 m adalah sangat tidak sesuai untuk ikan, kecuali beberapa spesies yang khusus. Makhluk hidup pada dasar laut termasuk yang selalu tinggal di satu tempat, meliputi pergerakan secara horizontal atau pada kedalaman dan pergerakan menuju daerah dangkal, atau secara musiman membuat suatu migrasi yang panjang. Pada continental shelf dimana terdapat pasir atau berbagai bahan organik lain yang mengalir dari perairan pantai lalu mengendap, sebagian besar menjadi pupuk dan sesuai untuk pertumbuhan plankton. Oleh karena manfaat dari daerah paparan (shelf), pada daerah pesisir pantai atau pintu masuk perairan adalah daerah penangkapan yang ideal untuk kerang-kerangan dan rumput laut, khususnya ikan-ikan kecil. Ketika melakukan penangkapan ikan, jaring yang tarik di dasar perairan (bottom drag nets) adalah yang paling sering digunakan. Beberapa spesies ikan pelagis mungkin tertangkap di perairan tersebut.
Tapi kolom perairan yang lebih dari kedalaman 800 meter, meskipun ada ditemukan beberapa spesies ikan, sangat tidak sesuai untuk digunakan sebagai daerah penangkapan ikan bukan hanya karena kesulitan dalam operasi penangkapan ikan tetapi juga jarangnya terdapatsumberdaya perikanan.
D. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Hubungannya dengan Target Penangkapan
Daerah penangkapan ikan sering dibuat berdasarkan materi sebagai jenis ikan yang akan ditangkap, jenis dari alat tangkap yang digunakan, daerah perairan di mana usaha perikanan dioperasikan dan area lautan di mana usaha perikanan beroperasi :
1) Spesies dari ikan: tuna dan skipjack fishing ground, salmon fishing ground, dan sebagainya.
2) Jenis alat tangkap ikan: trawl fishing ground, long line fishing ground, fixed-net fishing ground, pole and line fishing ground, surrounding-net (jaring lingkar) fishing ground, dan sebagainya.
3) Kawasan perairan: daerah penangkapan dalam laut atau permukaan, daerah penangkapan yang dekat dengan pantai, daerah penangkapan pantai dan daerah penangkapan pada perairan darat.
4) Kawasan laut: daerah penangkapan di Pasifik Utara, daerah penangkapan di Laut China Selatan, daerah penangkapan di China Bagian Tenggara, dan lain sebagainya.

E. Karakteristik Daerah Penangkapan Ikan Hubungannya dengan Musim dan Cuaca
Musim dan cuaca akan berpengaruh terhadap dinamika sumberdaya ikan yang ada di perairan tersebut, juga akan mempengaruhi distribusi dan kelimpahan ikan serta potensi sumberdaya perikanan secara umum.
Secara umum kondisi Oseanografis perairan Indonesia dipengaruhi oleh musim timur dan barat sebagai akibat pergantian sistem tekanan udara di daratan Asia dan Australia. Kondisi perairan yang berubah – ubah sesuai musim tersebut baik langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas perairan yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap perilaku pengelompokkan ikan.
Menurut Badrudin (1985) dalam Widodo et. al. (1998) pada musim timur ada kecenderungan penggerombolan ikan di sebelah barat Tanjung Selatan dan Tanjung Puting, Selatan Kalimantan sedangkan pada musim barat ada kecenderungan penggerombolan ikan demersal di pantai timur Sumatera Selatan/Lampung. Belum diketahui secara pasti apakah kebiasaan menggerombol secara musiman tersebut lebih berkaitan dengan ketersediaan makanan atau mencari tempat untuk memijah atau untuk berlindung.

FENOMENA-FENOMEN PADA DAERAH PENANGKAPAN IKAN

I. FENOMENA FRONT DAERAH PENANGKAPAN IKAN

A. Definisi Front
Front adalah daerah pertemuan dua massa air yang mempunyai karakteristik berbeda baik temperature maupun salinitas, misal pertemuan antara massa air dari Laut Jawa yang agak panas dengan massa air Samudera Hindia yang lebih dingin.
Front laut merupakan batas kemiringan antara badan air yang berbeda karakteristik. Front juga analog dengan front atmosfer antara massa udara yang berbeda dan muncul dalam skala yang berbeda. Keduanya terbentuk dalam estuari (antara air sungai dan air estuari yang tinggi salinitasnya), dan di luar mulut-mulut estuari (antara air estuari dan air laut). Umumnya terdapat di laut-laut dangkal dan memisahkan air terlapis dari air yang tercampur vertikal; dan di sepanjang pinggiran paparan benua, memisahkan pantai atau air paparan dari air laut terbuka.
B. Faktor penyebab terjadinya front
Arus dapat dikatakan menjadi faktor penyebab utama dari front. Karena dengan adanya arus, maka perairan dimana pun dapat bergerak mengikuti laju arusnya.
C. Kondisi perairan saat terjadi front
Gambaran front yang jelas adalah pada perbedaan densitas antara air masing-masing bagian front. Front itu sendiri biasanya ditandai oleh garis busa atau sisa-sisa yang mengapung karena front adalah daerah-daerah dimana air permukaan saling bertemu pada bagian-bagian batas. Konvergensi tersebut disebabkan oleh angin di permukaan tetapi juga merupakan hasil perbedaan densitas di sepanjang front.
Oleh karena properti air di kedua bagian front berbeda maka front mudah dikenali dari fotografi aerial (foto udara) dan citra satelit terutama bila terdapat perubahan kekasaran permukaan dan refleksi optiknya. Temperatur air biasanya signifikan berbeda untuk tiap bagiannya dan air dingin yang kurang berlapis (tercampur baik) di suatu bagian memiliki banyak nutrien dibandingkan air hangat yang berlapis di bagian lainnya.
Hasilnya, front biasa dikenali berdasarkan perbedaan produksi biologi dan temperaturnya dimana keduanya berhubungan. Pencampuran terjadi di sepanjang front yang merupakan pertimbangan penting misalnya untuk pertukaran air pantai dan laut terbuka karena pencampuran mengatur pergerakan polutan ke laut-dalam.
D. Kondisi Daerah Penangkapan Ikan (DPI)
Robinson (1991) menyatakan bahwa front penting dalam hal produktivitas perairan laut karena cenderung membawa bersama-sama air yang dingin dan kaya akan nutrien dibandingkan dengan perairan yang lebih hangat tetapi miskin zat hara. Kombinasi dari temperatur dan peningkatan kandungan hara yang timbul dari percampuran ini akan meningkatkan produktivitas plankton. Hal ini akan ditunjukkan dengan meningkatnya stok ikan di daerah tersebut.
Front yang terbentuk mempunyai produktivitas karena merupakan perangkap bagi zat hara dari kedua massa air yang bertemu sehingga merupakan feeding ground bagi jenis ikan pelagis, selain itu pertemuan massa air yang berbeda merupakan perangkap bagi migrasi ikan atau penghalang bagi migrasi ikan, karena pergerakan air yang cepat dan ombak yang besar. Karena, pergerakan air yang cepat dan ombak yang besar, hal ini menyebabkan daerah front merupakan fishing ground yang baik. Sehingga front sangat berpengaruh terhadap daerah penangkapan ikan.




II. FENOMENA UPWELLING PADA DAERAH PENANGKAPAN IKAN

A. Defenisi upwelling
Upwelling merupakan fenomena oseanografi yang melibatkan wind-driven motion yang kuat, dingin dan biasanya membawa massa air yang kaya akan nutrien ke arah permukaan laut. Upwelling adalah fenoma atau kejadian yang berkaitan dengan gerakan naiknya massa air laut. Gerakan vertikal ini adalah bagian integrasi dari sirkulasi laut tetapi ribuan sampai jutaan kali lebih kecil dari arus horizontal. Gerakan vertikal ini terjadi akibat adanya stratifikasi densitas air laut karena dengan penambahan kedalaman mengakibatkan suhu menurun dan densitas meningkat yang menimbulkan energi untuk menggerakkan massa air secara vertikal. Laut juga terstratifikasi oleh faktor lain, seperti kandungan nutrien yang semakin meningkat seiring pertambahan kedalaman. Dengan demikian adanya gerakan massa air vertikal akan menimbulkan efek yang signifikan terhadap kandungan nutrien pada lapisan kedalaman tertentu.
B. Lokasi upwelling
Perairan Indonesia sangat dipengaruhi oleh tipe iklim Muson yang terdiri dari musim barat (Desember-Februari), musim peralihan I (Maret-Mei), musim timur (Juni-Agustus), dan musim peralihan II (September-November). Pada gilirannya tipe iklim ini akan berpengaruh terhadap kehidupan, kekayaan jenis, kelimpahan, sebaran biota maupun sifat-sifat dan fenomena oseanografi yang terjadi, misalnya proses upwelling.
Setidak-tidaknya dikenal ada tujuh lokasi upwelling di perairan Indonesia. Sebagian besar lokasi upwelling ini terletak di Wallace area, yaitu suatu kawasan perairan yang dibatasi oleh garis Wallace di bagian barat dan garis Lydekker di bagian timur .
Daerah ini dikenal memiliki keanekaragaman jenis dan kelimpahan biota yang tinggi, beberapa jenis di antaranya bersifat unik dan endemik, yang merupakan sumbangan besar bagi keanekaragaman biota global. Selain Selat Makassar dan Laut Banda, upwelling juga terjadi di Laut Seram, Laut Maluku, Laut Arafura, dan perairan utara kepala burung dan perairan timur Papua. Satu-satunya lokasi upwelling di luar kawasan Wallacea adalah di perairan selatan Jawa hingga Sumbawa.
Upwelling adalah proses yang terjadi di arus permukaan yang sangat penting bagi produksi biota planktonik ini dapat terjadi pada waktu tertentu (sekurang-kurangnya dalam hitungan minggu). Seperti diketahui arus air tidak hanya bergerak secara mendatar (horizontal), tetapi dalam beberapa sebab dapat pula bergerak secara menegak (vertikal). Fenomena upwelling akan terjadi apabila angin berembus terus-menerus di sepanjang pantai dengan kecepatan 15-25 knot yang menyebabkan massa air pantai yang bersuhu hangat (28Ý-29ÝC) di permukaan bergerak ke arah laut lepas (Ekman transport).
Kekosongan massa air di permukaan ini selanjutnya diisi oleh naiknya massa air yang lebih dingin (25Ý-27ÝC) dari kejelukan antara 50-300 meter dengan kecepatan 1-5 meter per hari yang kaya unsur hara. Tingginya kadar hara, terutama fosfat, nitrat, dan silikat di permukaan dipadukan dengan intensitas cahaya matahari yang tinggi, akan memacu laju fotosintesa, fitoplankton (plankton nabati).
Selanjutnya fitoplankton ini akan dimakan oleh kopepoda dan zooplankton lainnya yang bersifat plankton feeder yang merupakan pakan utama bagi berbagai jenis ikan pelagis kecil. Semua anggota dari fitoplankton tampaknya digunakan sebagai makanan oleh kelompok kopepoda kecuali cyanobacteria yang pada umumnya tidak disukai, kecuali oleh harpacticoid, Microsetella gracilis yang memakan Trichodesmium yang sungguh dibutuhkan sebagai makanannya. Ketika fitoplankton berlimpah isi perut kopepoda penuh dengan kumpulan sel-sel biota ini sehingga tubuhnya tampak berwarna hijau.
C. Keuntungan dan kerugian
Lokasi upwelling merupakan daerah yang subur dan ideal bagi ikan-ikan pelagis kecil untuk memperoleh pakan, yang pada gilirannya akan dimangsa oleh ikan-ikan yang berukuran besar. Hubungan yang saling berkesinambungan ini menjadikan lokasi upwelling sebagai area yang sangat ideal untuk menangkap ikan (fishing ground).
Lokasi upwelling di perairan lepas pantai California telah lama dikenal sebagai tempat yang baik untuk penangkapan ikan Sardinopsis (dari famili Clupeidae). Tak berbeda jauh di perairan lepas pantai Peru yang menjadi era penangkapan ikan anchovy (dari famili Engraulidae). Di pantai barat Afrika, Sardinella sp. merupakan jenis ikan yang sangat dominan ditangkap.
D. Fungsi daerah upwelling terhadap daerah penangkapan ikan
Meskipun daerah upwelling diakui sebagai tempat yang ideal untuk penangkapan ikan, namun daerah ini juga menjadi tempat peminjahan ikan yang potensial untuk mendukung proses perekrutan ikan tembang, japuh, lemuru (Clupeidae), serta puri atau teri dari kelompok Engraulidae. Proses upwelling akan sangat berguna bagi perekrutan ikan apabila kecepatan angin tidak melebihi 5-6 meter per detik.
Kecepatan angin yang tinggi akan berdampak negatif bagi proses perekrutan. Hal lain yang sangat penting adalah timing (ketepatan atau ketidak tepatan) dalam ketersediaan pakan alami bagi larva ikan tersebut. Maka penangkapan ikan di daerah upwelling harus dipertimbangkan tentang kelestariannya karena penangkapan yang berlebihan (over fishing) akan merugikan secara ekonomi dan biologi.
Pengayaan hara (nutrient enrichment) akibat upwelling juga dapat memicu terjadinya red tide, akibat terjadinya biakan massal populasi fitoplankton tertentu dengan jumlah puluhan juta sel per liter air.

Biakan massal ini dapat merubah warna perairan menjadi merah kecoklatan, hijau kekuningan atau biru kehijauan. Akumulasi konsentrasi dari sel-sel tersebut terletak dari permukaan hingga lapisan kedalaman 2-5 meter.
Secara normatif red tide dapat terjadi karena adanya sumbangan hara dari daratan yang sangat tinggi, perubahan cuaca (El Nino, La Nina?), hujan yang berlebihan, atau kurangnya zooplankton (kopepoda) herbivora yang mengontrol populasi fitoplankton penyebab red tide.
Peristiwa red tide menyebabkan dampak negatif terhadap lingkungan dan sumber daya ikan di perairan alami, tambak, serta menghilangnya ikan-ikan dari lokasi penangkapan. Munculnya jenis-jenis plankton red tide akan menimbulkan kematian massal biota laut akibat pengurasan oksigen (anoxious), merusak dan mengganggu sistem pernapasan ikan, dan meracuni lingkungan perairan dan biota laut lainnya.
Di satu sisi, pengayaan nutrien (eutrofikasi) akibat mekanisme upwelling berdampak positif bagi kesuburan suatu perairan dengan terpeliharanya sumber daya perikanan. Di sisi lain, upwelling juga dapat menyebabkan kerugian karena menimbulkan ledakan pertumbuhan (blooming) dari jenis-jenis plankton penyebab red tide.
III. FENOMENA ARUS TERHADAP DAERAH PENANGKAPAN IKAN
A. Defenisi arus
Arus air laut adalah pergerakan massa air secara vertikal dan horisontal sehingga menuju keseimbangannya, atau gerakan air yang sangat luas yang terjadi di seluruh lautan dunia. Arus juga merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dikarenakan tiupan angin atau perbedaan densitas atau pergerakan gelombang panjang . Pergerakan arus dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain arah angin, perbedaan tekanan air, perbedaan densitas air, gaya Coriolis dan arus ekman, topografi dasar laut, arus permukaan, upwellng , downwelling.
Selain angin, arus dipengaruhi oleh paling tidak tiga faktor, yaitu :
1. Bentuk Topografi dasar lautan dan pulau – pulau yang ada di sekitarnya : Beberapa sistem lautan utama di dunia dibatasi oleh massa daratan dari tiga sisi dan pula oleh arus equatorial counter di sisi yang keempat. Batas – batas ini menghasilkan sistem aliran yang hampir tertutup dan cenderung membuat aliran mengarah dalam suatu bentuk bulatan.
2. Gaya Coriollis dan arus ekman : Gaya Corriolis mempengaruhi aliran massa air, di mana gaya ini akan membelokkan arah mereka dari arah yang lurus. Gaya corriolis juga yangmenyebabkan timbulnya perubahan – perubahan arah arus yang kompleks susunannya yang terjadi sesuai dengan semakin dalamnya kedalaman suatu perairan.
3. Perbedaan Densitas serta upwelling dan sinking : Perbedaan densitas menyebabkan timbulnya aliran massa air dari laut yang dalam di daerah kutub selatan dan kutub utara ke arah daerah tropik.
B. Fungsi arus terhadap daerah penangkapan ikan
Arus sangat mempengaruhi penyebaran ikan, Lavastu dan Hayes (1981) menyatakan hubungan arus terhadap penyebaran ikan adalah arus mengalihkan telur-telur dan anak-anak ikan petagis dan spawning ground (daerah pemijahan) ke nursery ground (daerah pembesaran) dan ke feeding ground (tempat mencari makan). Migrasi ikan-ikan dewasa disebabkan arus, sebagai alat orientasi ikan dan sebagai bentuk rute alami; tingkah laku ikan dapat disebabkan arus, khususnya arus pasut, arus secara langsung dapat mempengaruhi distribusi ikan-ikan dewasa dan secara tidak langsung mempengaruhi pengelompokan makanan, atau faktor lain yang membatasinya (suhu); arus mempengaruhi lingkungan alami ikan, maka secara tidak langsung mempengaruhi kelimpahan ikan tertentu dan sebagai pembatas distribusi geografisnya. Jadi, dengan mengetahui nilai suhu, salinitas dan arus pada perairan, akan dapat dianalisis fenomena yang merupakan daerah potensi ikan.
IV. FENOMENA FACTOR OSEANOGRAFI DAN PERILAKU IKAN
A. Defenisi Oseanografi
Oseanografi (berasal dari bahasa Yunani oceanos yang berarti laut dan graphos yang berarti gambaran atau deskripsi juga disebut oseanologi atau ilmu kelautan) adalah cabang dari ilmu bumi yang mempelajari segala aspek dari samudera dan lautan. Secara sederhana oseanografi dapat diartikan sebagai gambaran atau deskripsi tentang laut.
Para ahli oseanografi mempelajari berbagai topik, termasuk organisme laut dan dinamika ekosistem; arus samudera, ombak, dan dinamika fluida geofisika; tektonik lempeng dan geologi dasar laut; dan aliran berbagai zat kimia dan sifat fisik didalam samudera dan pada batas-batasnya. Topik beragam ini menunjukkan berbagai disiplin yang digabungkan oleh ahli oceanografi untuk memperluas pengetahuan mengenai samudera dan memahami proses di dalamnya: biologi, kimia, geologi, meteorologi, dan fisika.
Pengaruh Faktor oseanografi Di Laut Pada Tingkah Laku Dan Kelimpahan Ikan.
1. Suhu air laut
Ikan adalah hewan berdarah dingin, yang suhu tubuhnya selalu menyesuaikan dengan suhu sekitarnya. Selanjutnya dikatakan pula bahwa ikan mempunyai kemampuan untuk mengenali dan memilih range suhu tertentu yang memberikan kesempatan untuk melakukan aktivitas secara maksimum dan pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan dan distribusinya. Pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses vertikall, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut. Perubahan suhu jangka panjang dapat mempengaruhi perpindahan tempat pemijahan (spawning ground) dan fishing ground secara vertical.
Secara alami suhu air permukaan merupakan lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari pada siang hari. Karena pengaruh angin, maka di lapisan teratas sampai kedalaman kira-kira 50-70 m terjadi pengadukan, hingga di lapisan tersebut terdapat suhu hangat (sekitar 28°C) yang ertical. Oleh sebab itu lapisan teratas ini sering pula disebut lapisan vertikal. Karena adanya pengaruh arus dan pasang surut, lapisan ini bisa menjadi lebih tebal lagi. Di perairan dangkal lapisan vertikal ini sampai ke dasar. Lapisan permukaan laut yang hangat terpisah dari lapisan dalam yang dingin oleh lapisan tipis dengan perubahan suhu yang cepat yang disebut termoklin atau lapisan diskontinuitas suhu. Suhu pada lapisan permukaan adalah seragam karena percampuran oleh angin dan gelombang sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan percampuran (mixed layer). Mixed layer mendukung kehidupan ikan-ikan pelagis, secara pasif mengapungkan plankton, telur ikan, dan larva, sementara lapisan air dingin di bawah termoklin mendukung kehidupan hewan-hewan bentik dan hewan laut dalam.
Pada saat terjadi penaikan massa air (upwelling), lapisan termoklin ini bergerak ke atas dan gradiennya menjadi tidak terlalu tajam sehingga massa air yang kaya zat hara dari lapisan dalam naik ke lapisan atas.jangka pendek dari kedalaman termoklin dipengaruhi oleh pergerakan permukaan, pasang surut, dan arus. Di bawah lapisan termoklin suhu menurun secara perlahan-lahan dengan bertambahnya kedalaman.
Kedalaman termoklin di dalam lautan Hindia mencapai 120 meter. Menuju ke selatan di daerah arus equatorial selatan, kedalaman termoklin mencapai 140 meter.
Pengaruh arus
Ikan bereaksi secara langsung terhadap perubahan lingkungan yang dipengaruhi oleh arus dengan mengarahkan dirinya secara langsung pada arus. Arus tampak jelas dalam organ mechanoreceptor yang terletak garis mendatar pada tubuh ikan. Mechanoreceptoradalah reseptor yang ada pada vertikal yang mampu memberikan informasi perubahan mekanis dalam lingkungan seperti gerakan, tegangan atau tekanan. Biasanya gerakan ikan selalu mengarah menuju arus. Fishing ground yang paling baik biasanya terletak pada daerah batas antara dua arus atau di daerah upwelling dan divergensi. Batas arus (konvergensi dan divergensi) dan kondisi oseanografi dinamis yang lain (seperti eddies), berfungsi tidak hanya sebagai perbatasan distribusi lingkungan bagi ikan, tetapi juga menyebabkan pengumpulan ikan pada kondisi ini. Pengumpulan ikan-ikan yang penting secara komersil biasanya berada pada tengah-tengah arus eddies. Akumulasi plankton, telur ikan juga berada di tengah-tengah antisiklon eddies. Pengumpulan ini bisa berkaitan dengan pengumpulan ikan dewasa dalam arus eddi (melalui rantai makanan).
Pengaruh cahaya
Ikan bersifat fototaktik baik secara positif maupun vertikal. Banyak ikan yang tertarik pada cahaya buatan pada malam hari, satu fakta yang digunakan dalam penangkapan ikan. Pengaruh cahaya buatan pada ikan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan lain dan pada beberapa spesies bervariasi terhadap waktu dalam sehari. Secara umum, sebagian besar ikan pelagis naik ke permukaan sebelum matahari terbenam. Setelah matahari terbenam, ikan-ikan ini menyebar pada kolom air, dan tenggelam ke lapisan lebih dalam setelah matahari terbit. Ikan demersal biasanya menghabiskan waktu siang hari di dasar selanjutnya naik dan menyebar pada kolom air pada malam hari. Cahaya mempengaruhi ikan pada waktu memijah dan pada larva. Jumlah cahaya yang tersedia dapat mempengaruhi waktu kematangan ikan. Jumlah cahaya juga mempengaruhi daya hidup larva ikan secara tidak langsung, hal ini diduga berkaitan dengan jumlah produksi organik yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan cahaya. Cahaya juga mempengaruhi tingkah laku larva. Penangkapan beberapa larva ikan pelagis ditemukan lebih banyak pada malam hari dibandingkan pada siang hari.
1. Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan. Proses upwelling ini dapat terjadi dalam tiga bentuk. Pertama, pada waktu arus dalam (deep current) bertemu dengan rintangan seperti mid-ocean ridge (suatu sistem ridge bagian tengah lautan) di mana arus tersebut dibelokkan ke atas dan selanjutnya air mengalir deras ke permukaan. Kedua, ketika dua massa air bergerak berdampingan, misalnya saat massa air yang di utara di bawah pengaruh gaya coriolis dan massa air di selatan ekuator bergerak ke selatan di bawah pengaruh gaya coriolis juga, keadaan tersebut akan menimbulkan “ruang kosong” pada lapisan di bawahnya. Kedalaman di mana massa air itu naik tergantung pada jumlah massa air permukaan yang bergerak ke sisi ruang kosong tersebut dengan kecepatan arusnya. Hal ini terjadi karena adanya divergensi pada perairan laut tersebut. Ketiga, upwelling dapat pula disebabkan oleh arus yang menjauhi pantai akibat tiupan angin darat yang terus-menerus selama beberapa waktu. Arus ini membawa massa air permukaan pantai ke laut lepas yang mengakibatkan ruang kosong di daerah pantai yang kemudian diisi dengan massa air di bawahnya.
Meningkatnya produksi perikanan di suatu perairan dapat disebabkan karena terjadinya proses air naik (upwelling). Karena gerakan air naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas yang tinggi dan tak kalah pentingnya zat-zat hara yang kaya seperti fosfat dan nitrat naik ke permukaan. Selain itu proses air naik tersebut disertai dengan produksi plankton yang tinggi. Di perairan Selat Makasar bagian selatan diketahui terjadi upwelling. Proses terjadinya upwelling tersebut disebabkan karena pertemuan arus dari Selat Makasar dan Laut Flores bergabung kuat menjadi satu dan mengalir kuat ke barat menuju Laut Jawa. Dengan kondisi demikian dimungkinkan massa air di permukaan di dekat pantai Ujung Pandang secara cepat terseret oleh aliran tersebut dan untuk menggantikannya massa air dari lapisan bawah naik ke atas. Proses air naik di Selat Makasar bagian selatan ini terjadi sekitar Juni sampai September dan berkaitan erat dengan sistem arus. Air laut di lapisan permukaan umumnya mempunyai suhu tinggi, salinitas, dan kandungan zat hara yang rendah. Sebaliknya pada lapisan yang lebih dalam air laut mempunyai suhu yang rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang lebih tinggi. Pada waktu terjadinya upwelling, akan terangkat massa air dari lapisan bawah dengan suhu rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang tinggi. Keadaan ini mengakibatkan air laut di lapisan permukaan memiliki suhu rendah, salinitas, dan kandungan zat hara yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan massa air laut sebelum terjadinya proses upwelling ataupun massa air sekitarnya. Sebaran suhu, salinitas, dan zat hara secara vertical maupun horizontal sangat membantu dalam menduga kemungkinan terjadinya upwelling di suatu perairan. Pola-pola sebaran oseanografi tersebut digunakan untuk mengetahui jarak vertikal yang ditempuh oleh massa air yang terangkat. Sebaran suhu permukaan laut merupakan salah satu parameter yang dapat dipergunakan untuk mengetahui terjadinya proses upwelling di suatu perairan. Dalam proses upwelling ini terjadi penurunan suhu permukaan laut dan tingginya kandungan zat hara dibandingkan daerah sekitarnya. Tingginya kadar zat hara tersebut merangsang perkembangan fitoplankton di permukaan. Karena perkembangan fitoplankton sangat erat kaitannya dengan tingkat kesuburan perairan, maka proses air naik selalu dihubungkan dengan meningkatnya produktivitas primer di suatu perairan dan selalu diikuti dengan meningkatnya populasi ikan di perairan tersebut. Upwelling di perairan Indonesia dijumpai di Laut Banda, Laut Arafura, selatan Jawa hingga selatan Sumbawa, Selat Makasar, Selat Bali, dan diduga terjadi di Laut Maluku, Laut Halmahera, Barat Sumatra, serta di Laut Flores dan Teluk Bone. Upwelling berskala besar terjadi di selatan Jawa, sedangkan berskala kecil terjadi di Selat Bali dan Selat Makasar. Upwelling di perairan Indonesia bersifat musiman terjadi pada Musim Timur (Mei-September), hal ini menunjukan adanya hubungan yang erat antara upwelling dan musim.

Total Tayangan Halaman